Sepenggal Cerita di Lingga, Bunda Tanah Melayu (Bagian IV-Habis)

puncak gunung Daik di Lingga
Bila mendengar nama Lingga, maka gunung Daik tak dapat dilupakan. Gunung nan indah eksotik itu seakan berdiri tegak memayungi ratusan pulau-pulau kecil di bawahnya. Kota Daik pun menjadi sejuk karena naungan gunung yang elok, berbeda dengan kebanyakan kota pantai lainnya di rantau Melayu.

Gunung Daik memiliki dua cabang. Ada kisah mistis yang tersebar di masyarakat Lingga tentang puncak gunung tersebut. Kabarnya, di puncak gunung tersebut terdapat gua tempat penyimpanan harta raja-raja terdahulu.

Konon pula, dahulu gunung Daik memiliki tiga cabang, namun salah satu cabangnya patah dan tinggal dua. Karena itu termasyhurlah sebuah sampiran pantun yang akrab di lidah masyarakat:

Gunung Daik bercabang tiga, Patah satu tinggal dua...

Tapi ada yang lebih menarik dari itu. Barangkali anda pernah mendengar pantun berikut ini:

Pulau Pandan jauh di tengah
Di balik Pulau Angsa Dua
Hancur Badan di kandung tanah
Budi yang baik dikenang jua

Tapi bila anda berkelana ke rantau Melayu, dari Deli sampai Serawak, maka sampiran pantun di atas tidak populer. Bunyi sampirannya justru sebagai berikut:

Pulau Pandan jauh di tengah
Gunung Daik bercabang tiga
Hancur Badan di kandung tanah
Budi yang baik dikenang juga

Pulau Pandan atau Gunung Daik?
Yang mana satu yang benar? Entahlah...

Beberapa waktu yang lalu, saya berjalan-jalan ke kantor redaksi Majalah Sagang di Pekanbaru menemani seorang kawan yang sekarang menjadi dosen di Bandung, di sana kami bertemu dengan Bapak Marhalim Zaini, seorang sastrawan dan pengamat sastra Riau saat ini, beliau pun menyinggung sedikit tentang pantun di atas yang memang memiliki dua versi sampiran yang berbeda.

Ada yang mengatakan, versi pertama lebih benar, sebab jika dilihat dari keterkaitan sampiran lebih sinkron. Pulau Pandan dan Angsa Dua adalah dua pulau berdekatan di wilayah pantai Sumatera Barat (Samudera Hindia). Sedangkan antara gunung Daik dan Pulau Pandan sama sekali tidak ada hubungan. Entahlah, apakah ada yang namanya Pulau Pandan di kepulauan Lingga? Belum lagi bahwa puncak gunung Daik tak lagi bercabang tiga, tapi tinggal dua saja!

Adapun yang beralasan bahwa versi kedua lebih benar, itu dilihat dari sinkronisasi bunyi kata. Kata “Daik” dan “Baik” lebih berdekatan jika dibandingkan dengan “Balik” dengan “Baik”.

Tapi sudahlah, perkara remeh temeh macam ni tak perlu lah diributkan pula. Kita semua orang Melayu, berbudi bahasa dan bersopan santun adalah budaya kita. Tak perlu hujat menghujat disebabkan persoalan ini, apalagi bakar-membakar bendera seperti yang dilakukan orang ibukota sana. Yang penting, kita selalu dapat melaksanakan pesan yang terkandung di dalam pantun tersebut, yakni selalu berbuat baik sepanjang hayat agar nama kita selalu harum dikenang orang.

Tenang-tenang air laut
Sampan kolek mudik ke tanjung
Hati terkenang mulut menyebut
Budi baik rasa nak junjung

Tanam lenggun tumbuh kelapa
Terbit bunga pucuk mati
Budi tuan saya tak lupa
Sudah terpaku di dalam hati

Dari Daik pulang ke Daik
Sehari-hari berkebun pisang
Budi baik dibalas baik
Dalam hati dikenang orang

Kapal belayar dari Arakan
Ambil gaji jadi jemudi
Mati ikan kerana umpan
Mati saya kerana budi

Banyak ubi perkara ubi
Ubi keledek ditanam orang
Banyak budi perkara budi
Budi baik dikenang orang

Lipat kain lipat baju
Lipat kertas dalam puan
Dari air menjadi batu
Sedikit tak lupa budi tuan

Jentayu burung jentayu
Hinggap di balik pokok mayang
Bunga kembang akan layu
Budi baik bilakan hilang

Jika belayar ke tanah Aceh
Singgah dulu di kota Deli
Jika hendak orang mengasih
Hendaklah baik bicara budi

Bunga melati bunga di darat
Bunga seroja di tepi kali
Hina besi kerana karat
Hina manusia tidak berbudi

Dewa sakti melayang ke Daik
Hendak mencari Dewa Jaruga
Kalau ada budi yang baik
Sampai ke mati orang tak lupa

Baik-baik bertanam padi
Jangan sampai dimakan rusa
Baik-baik termakan budi
Jangan sampai badan binasa

Tingkap papan kayu bersegi
Sampan sakat di Pulau Angsa
Indah tampan kerana budi
Tinggi darjat kerana bahasa

***habis ***

No comments

Komentar yang sopan ya... :D

Powered by Blogger.