Empat Muhammad Yang Kelaparan di Sudut Kota Kairo

Imam al-Hafizh Abu Bakr Ahmad ibn Ali al-Khatib al-Baghdadi (w. 463 H) meriwayatkan dengan sanadnya dari: Abu al-Abbas al-Bakri (salah seorang keturunan Abu Bakar al-Shiddiq ra), ia berkata:

Di suatu masa, 4 orang penuntut ilmu –yang menjadi ulama besar di bidang tafsir dan hadits di kemudian hari- sedang berada di Mesir dalam waktu bersamaan. Mereka adalah Muhammad ibn Jarir al-Thabari (w. 310 H, dari Thabaristan), Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah (w. 311H, dari Naisabur), Muhammad ibn Nashr al-Marwazi (w. 294 H, dari Naisabur), dan Muhammad ibn Harun al-Ruyani (w. 307 H, dari Thabaristan).

Keempat penuntut ilmu ini jauh-jauh datang dari negeri mereka ke kota Kairo untuk menuntut ilmu dan mendengar hadits dari ulama-ulama besar di negeri tersebut. Karena keterbatasan dana, mereka tinggal bersama di sebuah rumah sewaan.

Syahdan di suatu hari, mereka kehabisan bekal dan uang, sehingga tidak ada makanan sama sekali yang bisa mereka jadikan pengganjal lapar di hari itu. Kondisi ini terus berlanjut hingga beberapa hari, hingga di suatu malam mereka benar-benar ditimpa kelaparan yang hebat.

Setelah bermufakat, keempat penuntut ilmu itu sepakat mengutus salah seorang di antara mereka untuk keluar mencari makanan. Caranya, mereka melakukan undian, siapa yang keluar namanya, dialah yang pergi.

Setelah undian dicabut, keluarlah nama Ibn Khuzaimah. Dengan berat hati, ia pun bersiap-siap  pergi mencari makanan.

Tapi sebelum pergi, Ibn Khuzaimah berkata kepada ketiga sahabatnya:

“Tunggulah sebentar, biarlah aku sholat istikharah dahulu 2 raka’at”.

Ketiga sahabat itu kemudian menyalakan lilin menunggu Ibn Khuzaimah selesai sholat. Syahdan, ketika ia tengah sholat, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.

Setelah dibuka, ternyata seorang kasim (orang kebiri) tengah menunggang keledai berdiri di luar pintu. Orang kasim itu adalah utusan gubernur Mesir.
Setelah mengucapkan salam, orang kasim itu bertanya:

“Siapa di antara kalian yang bernama Muhammad ibn Nashr?”.

“Itu orangnya!”. Jawab rekan-rekannya.

Setelah tahu, orang kasim itu menyerahkan kantung kain berisi uang 50 dinar kepadanya.

Setelah itu, orang kasim itu kembali bertanya:

“Siapa di antara kalian yang bernama Muhamamd ibn Jarir?”.

“Itu orangnya!”. Jawab rekan-rekannya.

Orang kasim itu pun menyerahkan kantung kain berisi uang 50 dinar kepadanya.
Setelah itu, orang kasim itu kembali bertanya:

“Siapa di antara kalian yang bernama Muhammad bin Harun?”.

“Itu orangnya!”. Jawab rekan-rekannya.

Orang kasim itu pun menyerahkan kantung kain yang juga berisi uang 50 dinar kepadanya.

Setelah itu, orang kasim itu kembali bertanya:

“Siapa di antara kalian yang bernama Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah?”.

“Itu orangnya tengah sholat!”. Jawab ketiga rekannya.

Orang kasim itu pun menunggu Ibn Khuzaimah menyelesaikan sholatnya, setelah itu ia pun menyerahkan kepadanya kantung kain yang juga berisi uang 50 dinar.

Keempat sekawan itu heran dan bertanya kepada si orang kasim tentang uang tersebut. Orang kasim itu menjawab:

“Kemarin, gubernur Mesir bermimpi bertemu seseorang, dan orang tersebut berkata kepadanya bahwa ada empat orang Muhammad yang tengah ditimpa kelaparan hebat, dan ia diperintahkan untuk menyelamat mereka. Makanya aku diutus sang gubernur untuk mengirim kantung-kantung uang ini untuk kalian. Dan ia bersumpah, jika uang ini habis, datanglah kepadanya dan ia akan membantu kalian”.
***

Al-Khatib al-Baghdadi, Târîkh Baghdâd, Juz. II, hlm. 552. Cet. Dâr al-Gharb al-Islami, Beirut: 2002. Tahqiq: Dr. Basyar Ma’ruf.

No comments

Komentar yang sopan ya... :D

Powered by Blogger.