Lukisan dan Titik Merah

Setelah menyelesaikan sebuah lukisan, seorang seniman merasa sangat puas. Pikirnya, inilah lukisan terbaik yang pernah ia buat sepanjang hidup.

Ingin mendapatkan apresiasi masyarakat, ia pun memajang lukisan tersebut di tempat umum, lalu membuat catatan di bawahnya:

"Siapa yg melihat ada cacat atau kekurangan di lukisan ini, silahkan beri tanda dengan titik merah di bagian yang dianggap cacat".

Tak lupa, ia pun meletakkan sebuah kuas kecil dan sebotol tinta merah.

Keesokan harinya, alangkah terkejut ia menyaksikan lukisan masterpiece-nya itu penuh dengan titik merah, hingga hampir menutupi seluruh lukisan.

Dengan kecewa, ia melangkah pulang. Dalam perjalanan ia berpapasan dengan gurunya, ia berkata:

"Guru, aku ingin berhenti melukis, aku merasa sangat tidak layak dan tidak berbakat". Lantas ia menceritakan apa yang terjadi.

Setelah mendengar semuanya, sang guru berkata:

"Begini saja, besok engkau buat sebuah lukisan yang sama bagusnya, lalu engkau tulis pesan di bawahnya: Siapa yang melihat ada cacat/kekurangan, silahkan ambil kuas dan tinta ini, lalu perbaikilah sehingga menjadi lebih indah".

Ia pun menuruti petuah sang guru. Sebuah lukisan yang sama ia siapkan, lalu ia pajang di tempat umum, dengan seuntai pesan seperti yang dipetuahkan sang guru.

Sehari, dua hari, seminggu, sebulan... Ternyata tak ada yang menjamah lukisannya. Ia merasa bahagia lukisannya dianggap sempurna.

Ia pun kembali menghadap sang guru dan menceritakan yang terjadi.

Sang guru lantas berkata:

"Anakku, begitu lah manusia... Mereka amat mudah melihat kekurangan dan kesalahan di mana-mana... Tapi sangat sedikit mereka yang mampu memberikan solusi. Karena itu, teruslah engkau berkarya, lakukan yang terbaik, hanya itu tugasmu!"

3 comments:

Komentar yang sopan ya... :D

Powered by Blogger.