Berbeda Tapi Tetap Bersaudara

Muharib bin Ditsar, seorang ulama ๐ดโ„Ž๐‘™๐‘ข๐‘ ๐‘ ๐‘ข๐‘›๐‘›๐‘Žโ„Ž, sementara temannya Imran bin Hiththan seorang ๐พโ„Ž๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘–๐‘—. Keduanya adalah sahabat dekat, ketika haji berangkat bersama-sama, dan tak pernah saling mencela. 

Image credit: ๐‘…๐‘’๐‘ ๐‘๐‘’๐‘๐‘ก, by Ludwig Deutsch, Oil on panel, 1902.

Abdurrahman bin Abi Laila adalah seorang '๐ด๐‘™๐‘Ž๐‘ค๐‘–, ia berpandangan bahwa Ali lebih berhak jadi Khalifah ketimbang Utsman bin Affan. Sebaliknya, Abdullah bin ‘Ukaim  adalah seorang '๐‘ˆ๐‘ก๐‘ ๐‘š๐‘Ž๐‘›๐‘–, ia menganggap Utsman bin ‘Affan lebih berhak sebagai Khalifah dibanding Ali bin Abi Thalib. Namun Abdurrahman dan Abdullah adalah sahabat karib dan tak pernah saling mencela. Bahkan, ketika ibunda Abdurrahman meninggal dunia, Abdullah bin ‘Ukaim memimpin sholat jenazahnya. 

Begitupun Thalhah bin Musharrif dan Zubaid al-Iyami. Thalhah seorang '๐‘ˆ๐‘ก๐‘ ๐‘š๐‘Ž๐‘›๐‘–, sedang Zubaid seorang '๐ด๐‘™๐‘Ž๐‘ค๐‘–. Keduanya juga sering berbeda pendapat, menurut Thalhah, air perasan anggur itu haram diminum, sementara Zubaid berpendapat halal. Namun keduanya adalah sahabat setia dan tak pernah saling mencela, keduanya sholat di masjid yang sama, bahkan menjelang wafat, Thalhah sempat berwasiat untuk Zubaid. Dalam kitabnya al-Kรขmil, Ibn ‘Uday mencatat: Tidak ada dua orang yang lebih akrab dan saling mencintai di kota Kufah melebihi akrabnya Thalhah dan Zubaid. 

Hal serupa juga terjadi pada Abdullah bin Idris al-'Audi yang merupakan seorang '๐‘ˆ๐‘ก๐‘ ๐‘š๐‘Ž๐‘›๐‘–, sedangkan ‘Abtsar bin Qasim seorang '๐ด๐‘™๐‘Ž๐‘ค๐‘–. Abdullah mengharamkan air perasan anggur, sedangkan ‘Abtsar menganggapnya halal dan meminumnya. Namun keduanya tetap saling bersahabat layaknya saudara kandung. Bahkan ketika ‘Abtsar meninggal dunia, Idris membayarkan seluruh hutangnya. 

Dรขwรปd bin Abi Hind adalah seorang Imam ๐ดโ„Ž๐‘™๐‘ข๐‘ ๐‘ ๐‘ข๐‘›๐‘›๐‘Žโ„Ž, sedangkan sahabatnya yang bernama Musa bin Sayyar adalah seorang ulama ๐‘„๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘–๐‘ฆ๐‘ฆ๐‘Žโ„Ž. Dalam kurun 50 tahun keduanya bersahabat, namun tidak pernah saling mencela. 

Sulaiman al-Taimi juga seorang Imam ๐ดโ„Ž๐‘™๐‘ข๐‘ ๐‘ ๐‘ข๐‘›๐‘›๐‘Žโ„Ž, sedangkan sahabatnya al-Fadhl al-Ruqasyi seorang Imam ๐‘€๐‘ข’๐‘ก๐‘Ž๐‘ง๐‘–๐‘™๐‘Žโ„Ž. Namun Sulaiman dan al-Fadhl adalah sahabat karib sampai mati. Kedekatan keduanya tak tersekat, bahkan Sulaiman pun menikahi putri al-Fadhl. 

Inilah salaf.

***

Dikutip dari tulisan Syaikh Syarif Hatim bin 'Airf al-'Auni. 

No comments

Komentar yang sopan ya... :D

Powered by Blogger.